
KAB. SEMARANG | biropendidikanjateng.id – Patung gajah di desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang telah dikenal banyak orang dan dari berbagai daerah, Tetapi barangkali belum banyak di fahami maknanya, termasuk masyarakat Sraten banyak yang belum memahami arti sejarah dari patung tersebut.

Patung gajah didirikan tidak terlepas dari nama desa Sraten, secara etimologis berasal dari bahasa Jawa Kuno Srati, yaitu pawang gajah. Dengan adanya kata Srati/Sraten berarti pada jaman Pengaruh Hindu-Budha Jawa Tengah abad Vll sd X M di daerah tersebut menjadi pusat keramaian paling tidak para Srati dan gajah nya tinggal di daerah tersebut.
Gajah adalah binatang yang dianggap suci oleh agama Hindu Budha. Hal ini diperkuat dengan ditemukan nya peninggalan yang Hinduist dan budha di sekitar Sraten, di daerah Candi Soba ditemukan Lingga, di Pulutan ditemukan Yoni yang cukup besar, di sepanjang patung gajah sampai Rowo Boni ditemukan Baturan candi, lingga, Yoni bahkan Candi Brawijaya di Rowoboni. Hal ini diperkuat oleh pendapat para ahli sejarah, bahwa jalur kuno di Salatiga adalah melalui jalur Banyubiru-Salatiga.
Hal ini juga diperkuat bahwa perjalanan Ziarah Ki Ageng Pandanaran dari Semarang ke Bayat lewat Salatiga tidak menyeberang sungai Tuntang, tetapi lewat Babyubiru.
Ini berarti desa Sraten menjadi pusat keramaian pada jaman Pengaruh Hindu-Budha di Salatiga sekitar abad ke-8 Masehi , ini merujuk pengaruh Hindu Budha awal yang masuk Salatiga menurut Prasasti Plumpungan ( 750 M) , kemudian jaman pengaruh Islam awal masuk Salatiga berdasarkan Babad Demak yaitu perjalanan Ziar Ki Ageng Pandanaran yang lewat dan mampir Salatiga ( 1512) karena letak nya sangat strategis di pinggir jalan perhentian perjalanan panjang dari Semarang menuju Salatiga , Solo, Klaten sebagai pusat pemerintahan Hindu Budha.
Ada juga pendapat bahwa desa Sraten sebagai tempat istirahat nya para bangsawan dengan gajah dan Srati nya, gajah adalah alat transportasi pada masa Hindu-Budha.
Dari penjelasan tersebut , nilai apa yang dapat kita ambil dari sejarah Desa Sraten . Paling tidak ada 2 hal untuk diambil nilai nya :
- Sraten, melambangkan toleransi, yaitu kerjasama yang erat antara pemeluk agama Hindu Budha waktu itu.
- Sraten melambangkan, kemakmuran, yaitu sebagai pusat keramaian dan perdagangan, Gajah adalah alat transportasi yang mewah pada masa nya, dan Srati adalah profesi yang sangat terhormat pada masa Hindu-Budha.
Demikian sedikit penjelasan semoga dapat bermanfaat.
Mohon maaf pendapat ini pendapat pribadi saya, berdasar pada sumber sumber yang saya temukan, kemudian saya interprestasi, tentu bisa berbeda dengan pihak lain…hal yang sangat wajar.
Kajian sejarah oleh Dr. Tri Widiarto Soemardjan, M.Pd, Dosen Sejarah UKSW SALATIGA. (BPJ-Yahyo)