
SALATIGA | biropendidikanjateng.id – Ds. Sawo kel. Bugel Kec. Sidorejo Kota Salatiga, adalah salah satu Dusun terpencil tapi memiliki legenda yang unik jika dikaji dari Teologi Sastra. Bermula dari kisah perjalanan ziar Ki Ageng Pandanaran 1512M, sampai di ds. Sawo dan bertemu dg pemuda desa bernama Sawonggrono.
Terjadi perdebatan tentang hakekat hidup. Bagi Sawonggrono hidup adalah harus melatih diri dengan belajar dan kerja keras untuk kepentingan orang banyak; sedang menurut Ki Ageng Pandanaran sejatinya hidup adalah Ziar Agama dan mengutamakan kehidupan akhirat nanti. Perdebatan yang sengit dan tidak ada titik temu. Akhirnya kedua pihak sepakat dgn konsep “Filsafat Pohon Sawo”. Merupakan jalan tengah dari perdebatan tersebut.
Jika disimak pohon Sawo memberikan manfaat yang optimal bagi manusia, baik kayu,daun,buah,akar maupun Tlutuh Sawo semua berguna bagi hidup manusia. Filsafat ini secara Teologis Sastra mengingatkan kepada kita bahwa manusia hidup hendaklah berbuat manis dan berguna bagi masyarakat luas. Filsafat Pohon Sawo ini juga telah memberikan pemahaman yang seimbang antara Sawonggrono dan Ki Ageng Pandanaran, seimbang antara dunia dan akherat. Perdebatan 2 tokoh tadi ada di bawah pohon sawo, sehingga daerah tersebut dinamakan Dusun Sawo. Saat ini masih bisa ditemui pohon sawo yang sangat besar tumbuh di kali Sawo.
Nilai Teologi Sastra: manusia hidup harus berguna bagi orang lain, seimbang antara dunia dan akherat. Mari kita cintai legenda daerah kita, karena didalam Legenda terdapat nilai nilai relijius yang sangat berarti.
Cerita tersebut diangkat dari salah satu cerita perjalanan Ki Ageng Pandanaran, merupakan hasil disertasi penulis pada STT IKAT Jakarta , dan telah diterbitkan dalam buku dalam bahasa Inggris dengan judul “ Ki Ageng Pandanaran Pilgrimage Trip ( Literary Theology Interpretation ) E book , idebook, Jakarta , 2020.
Salam hormat,
Tri Widiarto Soemardjan
Doktor Teologi Sastra UKSW Salatiga
(BPJ-Yahyo)